*lanjutan*
Tito, maaf…….
Tito, maaf…….
Tito yang cuek, selalu
pura pura buta akan apa yang aku alami, seakan dia tidak peduli dengan siapa
aku berinteraksi setiap malamnya, tidak peduli apa yang menganggu aku, sikap
ini tidak membantu, tidak membantu aku untuk mudah menolak kedatangan reno dalam
kehidupanku untuk kesekian kalinya.
Kedatangan reno sangat
menganggu hubunganku dengan tito, keterlaluan, apa yang aku lakukan?
Menyia-nyiakan tito yang selalu ada untuk aku demi orang yang telah mengabaikan
aku itu. Aku mulai sadar, menolak reno datang dalam kehidupanku lagi, aku mulai
menata kembali perasaan ini untuk tito, meski aku tak pernah tau apa yang tito
rasakan selama ini.
Kami berdua lulus, aku
dan tito sudah bebas dari bangku sekolah. Semenjak libur aku dan tito mulai
jarang bertemu sekalinya bertemu kita selalu meperdebatkan hal hal kecil, aku
mulai ketakutan akan masa lalu aku dengan reno terjadi dengan tito.
“yasmin, akhirnya ya
kita lulus sma. Kamu mau kuliah kemana? yas, ada yang mau aku kasih nih sama
kamu, kita bisa ketemu?”
Lagi lagi ketika keadaan
seperti ini reno datang, yatuhan….tidak bisakah dia pergi? Tidak bisakah dia
jangan menganggu kehidupanku dengan tito?
“maaf ren, gak bisa..
iya selamat juga ya udah lulus”
“kali ini aja yas,
setelah ini kamu gamau ketemu aku lagi juga gapapa kok, ya please aku mohon”
Reno selalu bisa
meluluhkan aku, tidak tau mengapa sms itu aku balas.
“sekali ini aja ya ren,
silahkan kamu yang menentukan tempat ketemu kita”
Reno mengajak aku
bertemu ditempat kita pertama kali bertemu, dia berusaha membuat tempat itu
sama seperti satu tahun yang lalu.
“ada apa ren? Kamu mau
ngasih aku apa?”
Reno diam, dia menatapku
dalam, tanpa banyak kata reno memelukku..
“ren?.....”
“yasmin, aku kangen
kamu…”
Seakan mengulangi
kesalahan yang sama aku berusaha untuk melupakan kejadian tadi sore, sambil aku
terus berusaha memberi tito kabar.
“besok kita ketemu ya”
Aku mendapat pesan
singkat dari tito, setelah sore ini aku bertemu dengan reno, apa yang akan
terjadi dengan pertemuan antara aku dan tito besok hari?
“hai tito, udah lama ya
kita gak ketemu…”
“gausah basa basi ya
yas, aku udah tau kok, kenapa selama ini kita kekurangan waktu berdua, aku
fikir kamu cuma jenuh sama aku ternyata engga”
“ada apasih to? Ko kamu
ngomongnya gitu”
“aku tau kemarin kamu
ketemu sama reno”
“tapi….awalnya aku
ngelak kok, dia bilang dia cuma mau kasih aku sesuatu…aku..”
“makasih ya yasmin, aku
bener bener kecewa sama kamu”
Sore itu adalah sore
terburuk yang pernah ada, tito meninggalkan aku sendiri di taman, tito pergi
dengan perasaan kecewa, aku tertinggal dengan perasaan menyesal.
Semakin buruk, kita
kehilangan komunikasi selama beberapa hari, aku mulai merindukan tito yang
berisik, tito yang selalu mengganggu aku dengan hal hal bodohnya.
Setiap reno
menguhubungi, aku selalu menolak dia. Aku tau pertemuan kemarin adalah akal
akalan reno untuk menghancurkan hubungan aku dengan tito, bukan simpatik aku
malah semakin membenci reno.
Aku ingin reno
mempertanggung jawabkan semuanya, aku menghubungi reno untuk menjelaskan
semuanya pada tito, membuat tito kembali kepadaku, tapi rasanya percuma…tito
dekat dengan perempuan lain, mungkin semudah itu tito melupakan aku, tito
menganggap semuanya kesalahan aku. Padahal aku sangat mencintai tito, hanya
mungkin dalam waktu yang salah.
“kamu harus bayar hutang
untuk teraktir aku makan hari ini, aku jemput ya”
“yah sial aku baru
ingat, iya jemput aku di tempat biasa ya”
Setelah rasa kecewa tito
kepadaku sehingga membuat dia pergi dengan wanita lain tanpa pernah bisa
mendengarkan penjelasan dari aku itu membuat aku lebih kecewa kepada tito,
membuat aku mulai mengikuti bagaimana alurnya, mengikuti jalan cerita apalagi
yang akan tuhan beri kepadaku setelah dia kembali mendatangkan reno dalam
kehidupan aku di sesi ini.
Aku dan reno makan di
café biasa, entah kenapa kita tidak pernah merasa bosan berada disini di tempat
reno menyatakan perasaannya kepadaku tahun lalu, malam itu reno terlihat beda,
wajahnya tetap tampan meski pucat, reno menggunakan polo shirt berwarna putih
dengan skiny jins dan parfum reno yang selalu berhasil merebut perhatianku…
“hutang aku lunas ya
ren, kamu kapan mau bayar hutang kamu sama aku?”
“iya iya, nanti aku
ajakin kamu ke bukit bintang itu ya yas”
“asikkkk, iya ren….”
Malam itu seperti aku
mengulang satu tahun lalu bersama reno, seakan luka itu reno hapus dengan satu
malam, reno mengenggam tanganku…
“yasmin..maaf ya, aku
selalu datang dan pergi seenaknya dari hidup kamu, aku bahkan terlalu egois
mementingkan perasaan aku sendiri kemarin, kamu mau kan maafin aku?”
“ren? Kaya lebaran aja
ah maaf maafan gitu hahahaha”
“yaaaas aku serius, kamu
emang bukan yang pertama, tapi kamu terakhir buat aku, aku sayang kamu…”
Reno memeluk aku malam
itu, pelukan reno seakan menandakan sesuatu…..
Reno memeluk aku cukup
lama, aku mulai merasa ada yang tidak beres dengan reno, pundak dan punggungku
mulai merasakan tetesan air, reno mulai terasa berat, dan aku rasa reno sudah
tidak lagi memeluk, tapi dia menyender.
“Ren? Reno? Reno? Ren?
Reno?”
Reno tidak
memberikan respon.
Reno kenapa?
Aku mulai mendorong dia
kebelakang dan *gubraaaak* reno jatuh, dia pingsan, dia berdarah, tadi bukan
tetesan air, itu tetesan darah, baju putihnya penuh bercak merah sekarang,
wajahnya lebih pucat daripada yang tadi.
“RENOOOO BANGUUUUN! RENO
KAMU KENAPAA? RENOOO?”
Teriakan aku membuat
orang orang berkumpul, mereka membantu menaikan reno ke mobil, aku membawanya
kerumah sakit terdekat, aku panik, aku ketakutan.
“keluarganya siapa?”
Suster bertanya kepada
aku yang memang sendiri disana, aku mencoba menghubungi teman teman reno dan
belum satupun yang datang.
“saya ibunya sus, anak
saya bagaimana keadaannya?”
“silahkan bu masuk
kedalam”
Mamanya reno datang,
bersama adik dan papanya. Aku mulai lega karna aku tidak sendirian melihat
keadaan reno yang seperti itu.
Larry, teman reno datang
dan karna aku tidak tau apa apa aku mulai bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Tapi larry dan yang lain hanya diam, aku mulai menangis, aku mulai panik karna
aku takut terjadi apa apa dengan reno.
Mengingat aku belum
sholat isya, aku mencari mushola terdekat sambil terus mendoakan reno. Tuhan,
apa lagi yang engkau rencanakan? Lindungi reno tuhan….
Aku kembali dari mushola
dan melihat ruang UGD yang mulai penuh dengan orang orang yang menangis, ada
apa fikirku. Belum sampai kedepan pintu UGD, tante lisa, mamanya reno sudah
memeluk aku sambil menangis.
“kita memang sayang
reno, tapi tuhan lebih sayang sama reno”
Rasanya benar benar
lemas,urat dan otot otot ini serasa mau putus, tubuh aku seperti disambar oleh
petir yang besar, rasanya sakit. Aku tidak mau mendengar tante lisa memperjelas
perkataan dia barusan. Aku tau, ada yang tidak beres.
“RENOOOO!!! AKU
MAU MASUK DOKTER! AKU MAU LIAT RENO! AKU MAU KETEMU RENO! TADI DIA MASIH SAMA
AKU DOK. TOLONG!”
Tiba tiba aku merasa
ditahan dari belakang oleh seseorang untuk tetap diluar, seakan melarang aku
masuk dan melihat keadaan reno didalam.
“aku mau masuk, aku mau
lihat reno, reno kenapa, reno gak mungkin pergi secepat ini, reno baik baik aja
tadi…..”
Aku menangis, aku
berteriak, bahkan aku tidak sadar, siapa yang menahan aku masuk tadi, itu
adalah tito. Tito disini.
Setelah beberapa menit,
aku mulai kembali sadar, aku bisa mengendalikan emosiku, meski aku tetap hanya
bisa menangis.
“reno sakit yas, dia
kanker otak”
Perkataan kedua yang aku
benci malam itu, larry bilang reno sakit kanker otak? Separah itu dan aku ga
tau? Mukanya yang pucat? Darah mimisan itu? Reno sakit? Reno kanker?
Aku kembali menangis,
rasanya aku hanya ingin terus sore hari, bersama reno dan tidak pernah ada
pelukan terakhir…
“setelah dokter
memberikan vonis dia sakit kanker, dia mulai kehilangan semangat hidupnya, dia
memutuskan pacarnya waktu itu. Sampai beberapa bulan kemudian dia bertemu kamu,
dia mulai merasa menemukan semangat hidupnya kembali, sampai waktu menginjak
stadium 3 dia memilih untuk memutuskan hubungannya dengan kamu dan kembali
dengan mantannya yang dia putuskan itu, bukan tanpa alasan yang gajelas, reno
Cuma gamau kamu khawatir kalau sampe kamu tau dia sakit apa, dia merasa harus
membayar kesalahannya waktu itu sama mantannya, makanya mereka balikan. Sampai
pada buktinya dia nyari kamu dan berusaha untuk menghancurkan hubungan kamu
sama tito itu karena dia ngerasa gak punya waktu banyak untuk menghabiskan
waktu sama orang yang dia cinta yaitu kamu, sampai mungkin keinginan dia
tercapai….mengakhiri hidupnya bersama kamu, bahkan dia pingsan dipelukan kamu”
Mendengar apa yang larry
jelaskan, aku merasa sangat bodoh, mengapa bisa aku menutup mata dari hal ini.
Mengapa aku menanggap kamu se brengsek itu kemarin, kamu menghindar, kamu
berubah, kamu pergi itu karna sakit. lagi lagi aku menangis.
“bahkan waktu kamu marah
sama reno karna kamu tau reno yang menghancurkan hubungan kamu dengan tito dia
langsung kalap sendiri, dia gak Cuma diem loh. Dia minta maaf dan bicara kok
sama tito, iyakan to?”
“iya yas, kemarin reno
datang, menjelaskan semuanya, bahkan dia cerita soal penyakitnya, semuanya dan
dia meminta maaf telah menghancurkan hubungan kita itu dia lakuin karna dia tau
waktu dia gak lama lagi.”
“terus kalian kenapa ga
ada yang pernah bilang dan cerita hal ini sama aku? Kenapa aku harus tau
semuanya diwaktu reno udah gak ada? Kalian gak pernah tau kan rasa sakitnya
kaya gimana.”
‘reno yang minta yas…”
Yatuhan, kali ini reno
pergi…pergi dan gak akan pernah baik lagi.
Malam itu aku diantar
pulang tito, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kita berdua, malam
itu hening, malam itu terasa panjang dan sangat menyakitkan, reno pergi bahkan
dalam pelukan aku sendiri.
Pagi ini pemakaman reno,
semenjak adzan subuh aku sudah bersiap karna aku tidak tidur sama sekali, terus
memikirkan mengapa ini bisa terjadi…
Aku dijemput tito
kerumahnya reno, bendera kuning itu milik kamu ren, udah lama ya aku gak pernah
main kesini, sekalinya kamu bikin aku kerumah kamu itu kamunya malah pergi…
Aku bertemu mamanya
reno, papanya reno dan bahkan aku sempat dipeluk jerry, adiknya reno.
“kak, ke kamarnya ka
reno yuk…”
“ada apa jer? Kaka mau
disini aja ah…”
“ikut kak, ada yang mau
aku tunjukin…”
Jerry mengajak aku ke
kamar reno, dia mengajak aku melihat meja belajar reno yang berantakan penuh
spidol dan kertas.
“ka, ini dari ka reno untuk
kak yasmin, kayannya sih udah selesai. Mungkin belum sempet ka reno bungkus
karna kemarin ka reno buru buru jemput ka yasmin”
Aku mengambil bungkusan
itu, aku menangis, lagi lagi reno membuat aku menangis, kali ini aku menangis
terharu jadi kemarin reno pucat mungkin karna reno kecapean, reno membuat
sketsa wajah kita berdua foto waktu aku merayakan ulangtahun bersama reno
dirumahku setahun silam, dengan beberapa tulisan tertera.
“ yas, hadiah hari jadi
kita waktu itu belum sempet aku bales kan? Maaf ya aku bales telat, semoga kamu
suka”
Aku tidak tahan lama
lama dikamarnya reno, itu membuat aku semakin sedih, aku turun melihat semakin
banyak orang yang datang dan ikut merasa kehilangan atas kepergian reno.
Di pemakaman, samar
samar aku melihat satu wajah yang paling aku benci, wanita itu. Ya wanita itu
datang di pemakaman reno setelah lama dia menghilang…
“aku rasa kamu yang
paling mengetahui keadaan dia, kenapa kamu baru memperlihatkan wajahmu lagi
sekarang? Di pemakaman? Kemana saja kamu selama ini? Kenapa kamu tega
meninggalkan dia dengan keadaan dia sakit?”
Emosiku mulai terpancing
ketika melihat dia ada disini, dia pernah mengambil reno dariku kemarin,
tapi dia juga yang meninggalkan reno disaat masa masa kritis dia, dia salah
satu faktor yang membuat reno meninggalkaan aku, untuk selamanya…
Mataku yang berkaca kaca
dengan tubuh gemetaran terus menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh
wanita ini, dia tetap diam, dia hanya menangis.
Tanganku digenggam tito,
tito tau apa yang harus dia lakukan ketika melihat aku menghadapi keadaan
seperti ini, genggaman tito tetap seperti kemarin membuat aku merasa nyaman dan
aman. Emosiku mulai mereda.
Aku mulai meneteskan
airmata didepan tempat terakhirnya reno, aku mulai merasa sakit, dan lagi lagi
tito ada disampingku, dia memeluk aku dengan erat mencoba membagi sakit yang
aku rasa sendiri…
Tuhan, aku
mencintainya….
Reno atau Tito, mereka
bukan pilihan, pada akhirnya engkau meninggalkan satu untuku, satu yang
terbaik, satu yang telah engkau persiapkan untuk aku.
Reno mungkin pergi dan
ga akan pernah kembali, tapi aku punya tito, tito yang pergi dan kembali untuk
tetap disini.
Tito yang egois dan
kasar, punya sisi yang lebih luar biasa dari itu. Tito bahkan selalu bisa
membuat aku aman hanya dengan satu genggaman, tito bisa membuat aku nyaman
hanya dengan satu pelukan, tito bisa membuat aku merasa menjadi seutuhnya aku
dengan memberi satu kecupan.
Mungkin tanpa pernah
kita sadar, kita selalu menyia nyiakan orang yang sayang dan peduli sama kita
hanya untuk orang yang membuang waktu kita dengan banyak tanpa dia disisi kita.
Mungkin tito bukan orang
yang aku harapkan selama ini, tapi pada akhirnya tuhan menunjukan yang terbaik,
titolah yang aku butuhkan bukan reno, reno pernah ada untuk aku, reno pernah
ada di hati ini, tapi reno hanya masa lalu.
Ketika aku anggap tito
bukan yang terbaik, tanpa aku sadar aku mulai tidak menghargai keberadaan tito,
tidak menghargai perasaan tito, apa yang sudah tito perjuangkan aku abaikan
begitu saja.
Tuhan, terimakasih…
Tuhan, terimakasih…
Engkau tunjukan jalan
yang salah sebelum memberi aku jalan yang benar, engkau memberi aku gelap
sebelum memberi aku terang, engkau memberi aku sakit sebelum engkau memberikan
aku kebahagiaan.
Cinta itu hebat, membuat
kita bisa lebih sabar untuk saling memahami.
Cinta itu luar biasa,
membuat orang pintar mejadi bodoh.
Cinta itu mempermainkan
logika seseorang.
Cinta mengajarkan arti
kedewasaan.
Cinta memang egois, tapi
cinta memberi arti keegoisan yang berbeda.
Cinta, dipertemukan
untuk dipisahkan.
Cinta, satu kata penuh
arti.
Cinta, yang aku tau….
Cinta itu kamu.
Kamu yang selalu namanya
aku sebut, namanya aku ingat ketika pertama kali aku bangun dan ketika aku akan
tidur.
Kamu yang membuat aku
tersenyum meski dengan airmata.
Kamu yang mengajarkan
aku luka untuk menjadi lebih tegar.
Kamu yang membuktikan
bahwa “nothing is impossible”.