Minggu, 21 April 2013

Namira itu untuk Tito, bukan Reno



*lanjutan*
Tito, maaf…….
Tito yang cuek, selalu pura pura buta akan apa yang aku alami, seakan dia tidak peduli dengan siapa aku berinteraksi setiap malamnya, tidak peduli apa yang menganggu aku, sikap ini tidak membantu, tidak membantu aku untuk mudah menolak kedatangan reno dalam kehidupanku untuk kesekian kalinya.
Kedatangan reno sangat menganggu hubunganku dengan tito, keterlaluan, apa yang aku lakukan? Menyia-nyiakan tito yang selalu ada untuk aku demi orang yang telah mengabaikan aku itu. Aku mulai sadar, menolak reno datang dalam kehidupanku lagi, aku mulai menata kembali perasaan ini untuk tito, meski aku tak pernah tau apa yang tito rasakan selama ini.
Kami berdua lulus, aku dan tito sudah bebas dari bangku sekolah. Semenjak libur aku dan tito mulai jarang bertemu sekalinya bertemu kita selalu meperdebatkan hal hal kecil, aku mulai ketakutan akan masa lalu aku dengan reno terjadi dengan tito.
“yasmin, akhirnya ya kita lulus sma. Kamu mau kuliah kemana? yas, ada yang mau aku kasih nih sama kamu, kita bisa ketemu?”
Lagi lagi ketika keadaan seperti ini reno datang, yatuhan….tidak bisakah dia pergi? Tidak bisakah dia jangan menganggu kehidupanku dengan tito?
“maaf ren, gak bisa.. iya selamat juga ya udah lulus”
“kali ini aja yas, setelah ini kamu gamau ketemu aku lagi juga gapapa kok, ya please aku mohon”
Reno selalu bisa meluluhkan aku, tidak tau mengapa sms itu aku balas.
“sekali ini aja ya ren, silahkan kamu yang menentukan tempat ketemu kita”
Reno mengajak aku bertemu ditempat kita pertama kali bertemu, dia berusaha membuat tempat itu sama seperti satu tahun yang lalu.
“ada apa ren? Kamu mau ngasih aku apa?”
Reno diam, dia menatapku dalam, tanpa banyak kata reno memelukku..
“ren?.....”
“yasmin, aku kangen kamu…”
Seakan mengulangi kesalahan yang sama aku berusaha untuk melupakan kejadian tadi sore, sambil aku terus berusaha memberi tito kabar.
“besok kita ketemu ya”
Aku mendapat pesan singkat dari tito, setelah sore ini aku bertemu dengan reno, apa yang akan terjadi dengan pertemuan antara aku dan tito besok hari?
“hai tito, udah lama ya kita gak ketemu…”
“gausah basa basi ya yas, aku udah tau kok, kenapa selama ini kita kekurangan waktu berdua, aku fikir kamu cuma jenuh sama aku ternyata engga”
“ada apasih to? Ko kamu ngomongnya gitu”
“aku tau kemarin kamu ketemu sama reno”
“tapi….awalnya aku ngelak kok, dia bilang dia cuma mau kasih aku sesuatu…aku..”
“makasih ya yasmin, aku bener bener kecewa sama kamu”
Sore itu adalah sore terburuk yang pernah ada, tito meninggalkan aku sendiri di taman, tito pergi dengan perasaan kecewa, aku tertinggal dengan perasaan menyesal.
Semakin buruk, kita kehilangan komunikasi selama beberapa hari, aku mulai merindukan tito yang berisik, tito yang selalu mengganggu aku dengan hal hal bodohnya.
Setiap reno menguhubungi, aku selalu menolak dia. Aku tau pertemuan kemarin adalah akal akalan reno untuk menghancurkan hubungan aku dengan tito, bukan simpatik aku malah semakin membenci reno.
Aku ingin reno mempertanggung jawabkan semuanya, aku menghubungi reno untuk menjelaskan semuanya pada tito, membuat tito kembali kepadaku, tapi rasanya percuma…tito dekat dengan perempuan lain, mungkin semudah itu tito melupakan aku, tito menganggap semuanya kesalahan aku. Padahal aku sangat mencintai tito, hanya mungkin dalam waktu yang salah.
“kamu harus bayar hutang untuk teraktir aku makan hari ini, aku jemput ya”
“yah sial aku baru ingat, iya jemput aku di tempat biasa ya”
Setelah rasa kecewa tito kepadaku sehingga membuat dia pergi dengan wanita lain tanpa pernah bisa mendengarkan penjelasan dari aku itu membuat aku lebih kecewa kepada tito, membuat aku mulai mengikuti bagaimana alurnya, mengikuti jalan cerita apalagi yang akan tuhan beri kepadaku setelah dia kembali mendatangkan reno dalam kehidupan aku di sesi ini.
Aku dan reno makan di café biasa, entah kenapa kita tidak pernah merasa bosan berada disini di tempat reno menyatakan perasaannya kepadaku tahun lalu, malam itu reno terlihat beda, wajahnya tetap tampan meski pucat, reno menggunakan polo shirt berwarna putih dengan skiny jins dan parfum reno yang selalu berhasil merebut perhatianku…
“hutang aku lunas ya ren, kamu kapan mau bayar hutang kamu sama aku?”
“iya iya, nanti aku ajakin kamu ke bukit bintang itu ya yas”
“asikkkk, iya ren….”
Malam itu seperti aku mengulang satu tahun lalu bersama reno, seakan luka itu reno hapus dengan satu malam, reno mengenggam tanganku…
“yasmin..maaf ya, aku selalu datang dan pergi seenaknya dari hidup kamu, aku bahkan terlalu egois mementingkan perasaan aku sendiri kemarin, kamu mau kan maafin aku?”
“ren? Kaya lebaran aja ah maaf maafan gitu hahahaha”
“yaaaas aku serius, kamu emang bukan yang pertama, tapi kamu terakhir buat aku, aku sayang kamu…”
Reno memeluk aku malam itu, pelukan reno seakan menandakan sesuatu…..
Reno memeluk aku cukup lama, aku mulai merasa ada yang tidak beres dengan reno, pundak dan punggungku mulai merasakan tetesan air, reno mulai terasa berat, dan aku rasa reno sudah tidak lagi memeluk, tapi dia menyender.
“Ren? Reno? Reno? Ren? Reno?”
Reno tidak memberikan  respon.
Reno kenapa?
Aku mulai mendorong dia kebelakang dan *gubraaaak* reno jatuh, dia pingsan, dia berdarah, tadi bukan tetesan air, itu tetesan darah, baju putihnya penuh bercak merah sekarang, wajahnya lebih pucat daripada yang tadi.
“RENOOOO BANGUUUUN! RENO KAMU KENAPAA? RENOOO?”
Teriakan aku membuat orang orang berkumpul, mereka membantu menaikan reno ke mobil, aku membawanya kerumah sakit terdekat, aku panik, aku ketakutan.
“keluarganya siapa?”
Suster bertanya kepada aku yang memang sendiri disana, aku mencoba menghubungi teman teman reno dan belum satupun yang datang.
“saya ibunya sus, anak saya bagaimana keadaannya?”
“silahkan bu masuk kedalam”
Mamanya reno datang, bersama adik dan papanya. Aku mulai lega karna aku tidak sendirian melihat keadaan reno yang seperti itu.
Larry, teman reno datang dan karna aku tidak tau apa apa aku mulai bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Tapi larry dan yang lain hanya diam, aku mulai menangis, aku mulai panik karna aku takut terjadi apa apa dengan reno.
Mengingat aku belum sholat isya, aku mencari mushola terdekat sambil terus mendoakan reno. Tuhan, apa lagi yang engkau rencanakan? Lindungi reno tuhan….
Aku kembali dari mushola dan melihat ruang UGD yang mulai penuh dengan orang orang yang menangis, ada apa fikirku. Belum sampai kedepan pintu UGD, tante lisa, mamanya reno sudah memeluk aku sambil menangis.
“kita memang sayang reno, tapi tuhan lebih sayang sama reno”
Rasanya benar benar lemas,urat dan otot otot ini serasa mau putus, tubuh aku seperti disambar oleh petir yang besar, rasanya sakit. Aku tidak mau mendengar tante lisa memperjelas perkataan dia barusan. Aku tau, ada yang tidak beres.
“RENOOOO!!!  AKU MAU MASUK DOKTER! AKU MAU LIAT RENO! AKU MAU KETEMU RENO! TADI DIA MASIH SAMA AKU DOK. TOLONG!”
Tiba tiba aku merasa ditahan dari belakang oleh seseorang untuk tetap diluar, seakan melarang aku masuk dan melihat keadaan reno didalam.
“aku mau masuk, aku mau lihat reno, reno kenapa, reno gak mungkin pergi secepat ini, reno baik baik aja tadi…..”
Aku menangis, aku berteriak, bahkan aku tidak sadar, siapa yang menahan aku masuk tadi, itu adalah tito. Tito disini.
Setelah beberapa menit, aku mulai kembali sadar, aku bisa mengendalikan emosiku, meski aku tetap hanya bisa menangis.
“reno sakit yas, dia kanker otak”
Perkataan kedua yang aku benci malam itu, larry bilang reno sakit kanker otak? Separah itu dan aku ga tau? Mukanya yang pucat? Darah mimisan itu? Reno sakit? Reno kanker?
Aku kembali menangis, rasanya aku hanya ingin terus sore hari, bersama reno dan tidak pernah ada pelukan terakhir…

“setelah dokter memberikan vonis dia sakit kanker, dia mulai kehilangan semangat hidupnya, dia memutuskan pacarnya waktu itu. Sampai beberapa bulan kemudian dia bertemu kamu, dia mulai merasa menemukan semangat hidupnya kembali, sampai waktu menginjak stadium 3 dia memilih untuk memutuskan hubungannya dengan kamu dan kembali dengan mantannya yang dia putuskan itu, bukan tanpa alasan yang gajelas, reno Cuma gamau kamu khawatir kalau sampe kamu tau dia sakit apa, dia merasa harus membayar kesalahannya waktu itu sama mantannya, makanya mereka balikan. Sampai pada buktinya dia nyari kamu dan berusaha untuk menghancurkan hubungan kamu sama tito itu karena dia ngerasa gak punya waktu banyak untuk menghabiskan waktu sama orang yang dia cinta yaitu kamu, sampai mungkin keinginan dia tercapai….mengakhiri hidupnya bersama kamu, bahkan dia pingsan dipelukan kamu”
Mendengar apa yang larry jelaskan, aku merasa sangat bodoh, mengapa bisa aku menutup mata dari hal ini. Mengapa aku menanggap kamu se brengsek itu kemarin, kamu menghindar, kamu berubah, kamu pergi itu karna sakit. lagi lagi aku menangis.
“bahkan waktu kamu marah sama reno karna kamu tau reno yang menghancurkan hubungan kamu dengan tito dia langsung kalap sendiri, dia gak Cuma diem loh. Dia minta maaf dan bicara kok sama tito, iyakan to?”
“iya yas, kemarin reno datang, menjelaskan semuanya, bahkan dia cerita soal penyakitnya, semuanya dan dia meminta maaf telah menghancurkan hubungan kita itu dia lakuin karna dia tau waktu dia gak lama lagi.”
“terus kalian kenapa ga ada yang pernah bilang dan cerita hal ini sama aku? Kenapa aku harus tau semuanya diwaktu reno udah gak ada? Kalian gak pernah tau kan rasa sakitnya kaya gimana.”
‘reno yang minta yas…”
Yatuhan, kali ini reno pergi…pergi dan gak akan pernah baik lagi.
Malam itu aku diantar pulang tito, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kita berdua, malam itu hening, malam itu terasa panjang dan sangat menyakitkan, reno pergi bahkan dalam pelukan aku sendiri.
Pagi ini pemakaman reno, semenjak adzan subuh aku sudah bersiap karna aku tidak tidur sama sekali, terus memikirkan mengapa ini bisa terjadi…
Aku dijemput tito kerumahnya reno, bendera kuning itu milik kamu ren, udah lama ya aku gak pernah main kesini, sekalinya kamu bikin aku kerumah kamu itu kamunya malah pergi…
Aku bertemu mamanya reno, papanya reno dan bahkan aku sempat dipeluk jerry, adiknya reno.
“kak, ke kamarnya ka reno yuk…”
“ada apa jer? Kaka mau disini aja ah…”
“ikut kak, ada yang mau aku tunjukin…”
Jerry mengajak aku ke kamar reno, dia mengajak aku melihat meja belajar reno yang berantakan penuh spidol dan kertas.
“ka, ini dari ka reno untuk kak yasmin, kayannya sih udah selesai. Mungkin belum sempet ka reno bungkus karna kemarin ka reno buru buru jemput ka yasmin”
Aku mengambil bungkusan itu, aku menangis, lagi lagi reno membuat aku menangis, kali ini aku menangis terharu jadi kemarin reno pucat mungkin karna reno kecapean, reno membuat sketsa wajah kita berdua foto waktu aku merayakan ulangtahun bersama reno dirumahku setahun silam, dengan beberapa tulisan tertera.
“ yas, hadiah hari jadi kita waktu itu belum sempet aku bales kan? Maaf ya aku bales telat, semoga kamu suka”
Aku tidak tahan lama lama dikamarnya reno, itu membuat aku semakin sedih, aku turun melihat semakin banyak orang yang datang dan ikut merasa kehilangan atas kepergian reno.
Di pemakaman, samar samar aku melihat satu wajah yang paling aku benci, wanita itu. Ya wanita itu datang di pemakaman reno setelah lama dia menghilang…
“aku rasa kamu yang paling mengetahui keadaan dia, kenapa kamu baru memperlihatkan wajahmu lagi sekarang? Di pemakaman? Kemana saja kamu selama ini? Kenapa kamu tega meninggalkan dia dengan keadaan dia sakit?”
Emosiku mulai terpancing ketika  melihat dia ada disini, dia pernah mengambil reno dariku kemarin, tapi dia juga yang meninggalkan reno disaat masa masa kritis dia, dia salah satu faktor yang membuat reno meninggalkaan aku, untuk selamanya…
Mataku yang berkaca kaca dengan tubuh gemetaran terus menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh wanita ini, dia tetap diam, dia hanya menangis.
Tanganku digenggam tito, tito tau apa yang harus dia lakukan ketika melihat aku menghadapi keadaan seperti ini, genggaman tito tetap seperti kemarin membuat aku merasa nyaman dan aman. Emosiku mulai mereda.
Aku mulai meneteskan airmata didepan tempat terakhirnya reno, aku mulai merasa sakit, dan lagi lagi tito ada disampingku, dia memeluk aku dengan erat mencoba membagi sakit yang aku rasa sendiri…
Tuhan, aku mencintainya….
Reno atau Tito, mereka bukan pilihan, pada akhirnya engkau meninggalkan satu untuku, satu yang terbaik, satu yang telah engkau persiapkan untuk aku.
Reno mungkin pergi dan ga akan pernah kembali, tapi aku punya tito, tito yang pergi dan kembali untuk tetap disini.
Tito yang egois dan kasar, punya sisi yang lebih luar biasa dari itu. Tito bahkan selalu bisa membuat aku aman hanya dengan satu genggaman, tito bisa membuat aku nyaman hanya dengan satu pelukan, tito bisa membuat aku merasa menjadi seutuhnya aku dengan memberi satu kecupan.
Mungkin tanpa pernah kita sadar, kita selalu menyia nyiakan orang yang sayang dan peduli sama kita hanya untuk orang yang membuang waktu kita dengan banyak tanpa dia disisi kita.
Mungkin tito bukan orang yang aku harapkan selama ini, tapi pada akhirnya tuhan menunjukan yang terbaik, titolah yang aku butuhkan bukan reno, reno pernah ada untuk aku, reno pernah ada di hati ini, tapi reno hanya masa lalu.
Ketika aku anggap tito bukan yang terbaik, tanpa aku sadar aku mulai tidak menghargai keberadaan tito, tidak menghargai perasaan tito, apa yang sudah tito perjuangkan aku abaikan begitu saja.



Tuhan, terimakasih…
Engkau tunjukan jalan yang salah sebelum memberi aku jalan yang benar, engkau memberi aku gelap sebelum memberi aku terang, engkau memberi aku sakit sebelum engkau memberikan aku kebahagiaan.
Cinta itu hebat, membuat kita bisa lebih sabar untuk saling memahami.
Cinta itu luar biasa, membuat orang pintar mejadi bodoh.
Cinta itu mempermainkan logika seseorang.
Cinta mengajarkan arti kedewasaan.
Cinta memang egois, tapi cinta memberi arti keegoisan yang berbeda.
Cinta, dipertemukan untuk dipisahkan.
Cinta, satu kata penuh arti.
Cinta, yang aku tau….
Cinta itu kamu.
Kamu yang selalu namanya aku sebut, namanya aku ingat ketika pertama kali aku bangun dan ketika aku akan tidur.
Kamu yang membuat aku tersenyum meski dengan airmata.
Kamu yang mengajarkan aku luka untuk menjadi lebih tegar.
Kamu yang membuktikan bahwa “nothing is impossible”.


0 komentar:

Posting Komentar