Minggu, 21 April 2013

Namira itu untuk Tito, bukan Reno



 Aku membuka mata dengan malasnya mengingat bahwa ini hari senin, aku harus bangun segera dan melakukan aktifitas seperti biasanya sekolah, duduk manis di meja baris kedua, mendengarkan guru mengajar dan berbicara, ketika sudah bosan aku mulai menganggu teman-temanku. Terkadang untuk anak seusiaku hal itu lebih menyenangkan dibandingan mendengarkan guru berbicara di depan kelas.
Perkenalkan, aku namira yasmin. Mungkin kalian boleh memanggilku dengan sebutan ‘yasmin’ atau ‘namira’ apapun itu. Umurku tahun ini menginjak 17 tahun, aku duduk di kelas 2 sma di salah satu sekolah favorit di kota ini. Yaa mungkin untuk sebagian orang ini sekolah menarik, mungkin untukku, belum.
“YAAAASMIN BANGUUN! SUDAH JAM BERAPA INI KAMU MASIH AJA SELIMUTAN!!” selalu mama membangunkan aku dengan berteriak teriak seperti di hutan, tanpa kata-kata manis atau kecupan hangat di pagi hari. Tapi ya…itulah mama, aku tau dibalik semua itu, mama sayang aku dan itulah cara mama menyayangi aku. “iya ma, iyaa aku bangun” dengan malas aku mulai bergegas mandi dan bersiap untuk sekolah.
*teeeeeet* suara yang paling ditunggu dari tadi pagi akhirnya bunyi, suara bel pulang. Aku pun bergegas keluar kelas, dijalan aku bertemu dengan via, teman sekelasku.
“yas, hari ini ikut kan?”
“kemana vi?emangnya ada acara apan?”
“hari ini kelas kita ada pertandingan futsal, kamu main kan? Kita gak ada pemain nih”
“oh sama sekolah bina bakti? Ya ayok aja, di gor louis kan?”
“iya yas, datang yaaa”
“iya vi, nanti aku dateng deeh. Sampe ketemu disana yaa”

Akhirnyaaaaa, setelah futsal hari ini, aku terkapar dikamar. Rasanya lelah sekali, dan aku akan tidur sangat nyenyak  untuk malam ini.
Keesokan harinya, disekolah ketika bel istirahat via kembali memanggilku “yasmiiiin”
“iya vi kenapaa? Apa hari ini ada futsal lagi sama sekolah tentangga?hahaha”
“ih apaan sih yas, bukaaan. Ini nih ada yang nanyain kamu kemarin sama aku”
“nanyain aku? Siapa? Memangnya aku kenapa?”
“gausah panik gitu kali yas, bukan bukan. Nih temen aku ada yang nanyain, kemarin dia datang waktu kita futsal, dan pulangnya dia nanyain kamu ke aku kayanya dia suka deh sama kamu”
“oiya? Siapa memang?”
“namanya Reno, dia anak harapan bangsa. Dia seangkatan kita juga kok”
“ooooh……………..”
Perbicangan kami terus berlanjut hingga bel berbunyi kembali, setelah hari itu via giat mencomblangkan kami berdua, antara reno dan aku. sifat reno yang santai dan aku yang interaktif mulai membuat kita nyaman satu sama lain.
Pertemuan pertama, pertemuan kedua, hingga pertemuan ketiga, reno mengajak aku bertemu, reno menjemput dan kita berhenti disebuah café yang belum pernah aku kunjungi.
“kita makan disini aja ya?”
“iya ren, terserah kamu aja”
Dari a sampai z, dari sabang sampe merauke kita berbicara segala hal, kita menghabiskan banyak makanan sampai tidak sadar keadaan sudah semakin gelap.
“ren, pulang yuk, udah mau malem nih” ucapku kepada reno yang masih tetap asik dengan mochacino hangatnya karena cuaca saat itu adalah gerimis.
“iya yuk yas, bentar ya aku ke kasir dulu”
Akhirnya diperjalan pulang dengan gerimis yang semakin membuat suasana menjadi romantis, reno menyatakan sesuatu.
“yas…………..”
“iya ren?”
“kamu mau jadi pacar aku gak?
“kamu serius?”
“iya yas…..”
“iya ren, aku mau jadi pacar kamu”
Hari ke hari, aku mulai merasakan yang namanya jatuh cinta. Jatuh cinta pada reno, senyumnya, matanya, hidungnya, semuanya tentang reno membuat aku lupa bahwa tidak ada yang abadi, tidak ada yang selamanya di dunia ini, termasuk ‘cinta’.
“happy anyversarry berbulan bulan ya namira”
Pagi ini, sms yang aku terima membuat aku tidak bisa berhenti senyum senyum sendiri, reno benar benar melengkapi aku, hari ini sudah berbulan bulan kita saling mengenal. Aku mau terus seperti ini dengan reno. Menghabiskan waktu dengannya, berdua, tanpa masalalu kita berdua.


“nanti sebelum kamu pergi, kamu kerumah dulu ya ren, aku punya sesuatu buat kamu” ucapku di telfon pada reno.
“kamu punya sesuatu apaa untuk aku?asiiik. iya yas, nanti aku kerumah kamu ya”
Sudah 2 minggu lebih aku dan reno tidak bertemu setelah pertemuan sebelum masa liburan, reno liburan di tempat ayahnya, begitu pula aku yang harus ikut mama kerumah nenek. Kita hanya berinteraksi melalui telefon, hingga ketika akhir-akhir ini reno mulai susah dihubungi, nomernya yang selalu tidak aktif atau sms aku yang mulai jarang reno balas.
“ren, kamu dimanasih?? Kok susah banget aku hubungin, kalo kamu baca sms ini kabarin aku ya…besok kita kan sama sama pulang, lusanya jadi ketemu kan? Aku kangen kamu ren…”
Sms aku tidak juga dapat balasan, hingga sore aku kembali coba menghubungi reno.
“reno, aku dijalan pulang, kamu dimana? Dimanapun kamu, hati hati ya”
*teng tong teng* akhirnya sms aku reno balas, setelah berhari hari..
“yas, maafin aku ya selama ini menghindar dari kamu, kayanya kita udah gak cocok selama ini, kita udahan aja ya?”
Apa? Tidak cocok sebelah mana? Kenapa reno menghindar? Kenapa reno menghilang? Apa yang membuat reno berubah? Apa? Pertanyaan itu terus bergentayangan di kepalaku, belum mau aku membalas, aku sudah menangis.
“ada apa ren? Kamu ada masalah apa?”
“engga yas, ya aku ngerasa udah gak cocok sama kamu”
“tapi aku gamau putus ren, gamau putus dengan alasan yang engga jelas”
Aku mengelak, aku berusaha mempertahankan hubungan aku dengan reno, aku tidak mau begitu saja melepaskan apa yang sudah aku genggam.
Reno menyerah, setelah perdebatan malam itu via sms. Aku berhasil, berhasil membuat reno yakin bahwa semuanya akan baik baik saja hingga aku tau apa yang menyebabkan reno berubah.
Reno memang pintar, aku tau itu.
Bahkan reno tidak kehabisan akal, semakin banyak cara reno lakukan untuk memisahkan kita, semakin banyak luka dan airmata yang tercipta karenanya.
Sampai pada waktunya, aku mengetahui sesuatu. Reno jahat, reno kembali dekat denga masa lalunya, mereka saling berkomunikasi ketika aku dan reno berjauhan.  wanita itu telah mengalihkan perhatian reno…..
Ini alasan mengapa reno berubah, mengapa reno menghindar, reno mungkin bosan, atau reno mulai merasa dipermainkan dengan perasaannya sendiri.
Setelah kata ‘berpisah’ yang reno ucapkan siang itu, aku tak mau lagi kenal reno, bahkan reno menciptakan luka yang mendalam, membuat aku mulai menutup hati pada siapapun yang aku anggap mereka itu sama, mereka itu tidak pernah bisa menghargai perempuan, mereka itu egois.

***
Hari ini kenaikan kelas, akhirnya aku kelas 3. Tidak terasa, aku sudah cukup banyak menghabiskan waktu dengan menangis, dengan membuat hidup singkat ini menjadi panjang dengan kesedihan. Aku salah.
Aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan membuat satu tahun terakhir di bangku sekolah ini menjadi mengesankan, membayar semua luka dan airmata di tahun sebelumnya.
Kelasku tidak berubah,teman teman sekelasku masih tetap sama seperti kelas  2 dulu mungkin tahun ini aku berjanji untuk tidak mengabaikan mereka begitu saja seperti tahun yang lalu.
“cie yas, kenapa nih cengar cengir sendiri aja kaya yang lagi kesenengan, cerita dooong” tiba tiba audy yang biasa disapa dengan odey datang membuyarkan lamunanku.
“apaan sih dey? Emangnya kaya yang kesenengan ya? Hahaha”
“iyalah gausah pura pura deh, aku kenal kamu gak cuma satu hari kemarin ya”
“engga, hari ini aku seneng aja udah kelas 3, itu artinya semakin cepet aku ninggalin sekolah ini, kota ini dan semua kenangan yang pernah ada hehehe”
“wah, gara gara reno ya, dia bikin kamu gak betah di kota ini, sampe sampe pengennya cepet pergi dari kota ini”
“nah itu kamu tauuu, aku pengen banget ketemu sama temen temen aku yang baru, lingkungan baru akhirnya lupa deh sama yang lama hihi”
“ah dasar kamu yas ada ada aja…”
Hari demi hari semuanya berjalan dengan lancar, aku pelajar kelas 12 mulai serius untuk menata kehidupanku selanjutnya setelah ini, membayangkan menjadi  junior lagi di masa perkuliahan nanti, membayangkan mempunyai banyak teman yang lebih asik daripada ini, membayangkan bisa hidup lebih bahagia disana, tanpa reno.
Semuanya berlajalan begitu cepat, sudah mulai ulangan tengah semester. Sudah 3 bulan aku menjadi siswa kelas 12 dan aku mulai merasa ada yang aneh dengan diriku. Aku merasa aku mulai sangat nyaman dengan teman teman sekelasku yang sudah begitu lama aku abaikan keberadaannya, aku mulai merasa tidak ingin cepat meninggalkan sekolah ini, sekolah yang menyebalkan awalnya berubah menjadi sekolah yang menyenangkan, dan aku mulai merasa aneh dengan sahabat sahabat dekatku yang mulai sering menggoda aku dengan nama “tito”.
“yas besok kita main kerumahnya ines, kamu mau ikut apa engga?”
“rumah ines? Ngapain ah, kan jauh”
“ya kita main lah, udah kelas 3 loh masa gak ada deket deketnya sama sekali sih sama temen sekelas”
“oh gitu, ya aku ikut aja sih. Tapi sama siapa? Palingan yang ikut udah pada punya tebengan sendiri, nanti kalau aku pake angkot aku sendiri dong”
“ya engga mungkin lah kita tega biarin kamu naik angkot sendiri, pokonya ditunggu besok jam 8 disekolah ya”
Setelah memaksa aku untuk ikut besok, odey pulang, aku mulai merasa bingung sendiri, mengapa odey dan anak anak yang lain mulai bersikap aneh. Apa yang mereka rencanakan? Aku tidak tau.
Keesokan harinya semua telah menunggu disekolah, seperti biasa Indonesia adalah Negara jam karet, aku terlambat, membuat mereka menunggu disekolah. Sampai aku tersadar ternyata hanya motor tito lah yang kosong, dalam hati aku bertanya “haruskah aku kerumah ines dengan tito?”
Akhirnya karena aku sudah membuat mereka menunggu aku pun mengikuti mereka untuk pergi kerumah ines bersama tito, sepanjang perjalanan tidak ada kata kata yang keluar, aku dan tito sama sekali tidak mengobrol, kami merasa canggung, kami mulai merasa ada yang aneh.
Trip hari itu mengubah segalanya, mengubah sikap anak anak terhadap aku dan tito begitupun kami berdua. Aku mulai tersadar, apa yang kami lewatkan? Apa yang kami fikirkan? Ternyata, anak anak kelas sedang mencoba mendekatkan kami berdua, kami sedang di comblangkan.
Berawal dari isengnya aku bersama anak anak perempuan yang lain membicarakan anak lelaki di kelas kami, sampai mungkin mereka menyimpulkan bahwa aku suka tito, mereka dengan baiknya mencomblangkan aku dengan tito, bermaksud membuat aku untuk mudah melupakan reno.
 padahal aku rasa itu tidak akan pernah terjadi, lebihnya hubungan aku dengan tito, melihat terlebih tito adalah teman satu eskul ku dari kelas 1, aku tau tito, kalau aku punya perasaan lebih mungkin sudah aku dekati dia dari kelas 1.
Yang aku tau, tito itu sedang dekat dengan adik kelas, bahkan tito adalah teman reno. Mereka saling mengenal satu sama lain. Lalu mengapa teman teman terus berusaha membuat kami bersatu?
“iya nanti aku kerumah tasya, sekalian anter kamu pulang ya yas”
“oke titoooo…….”
Malam itu, aku dan anak anak yang lain sedang dirumahnya tasya, membantu teman sekelas kami, mahar untuk menyusun rencana penembakan cintanya kepada moli besok hari.
Tito datang, apa yang aku lihat dan apa yang aku rasakan? Aku melihat tito beda malam itu, tito terlihat lebih ganteng, aku senang tito datang, aku senang tito mau menjemput dan mengantarkan aku pulang.
“yas, kayanya ban motor aku kempes deh, coba turun bentar”
“ini kayanya bukan kempes to, ini bocor. Kita ga akan bisa ngelanjutin perjalan pulang kalau motor kamu kaya begini”
“yah gimana dong? Yaudah bantu dorong sampe nemu tukang tambal ya yas hehe”
Ini sama sekali diluar dugaan, hari sudah semakin malam, ban motor tito tiba tiba ngadat, kita terus mendorong motor sejauh mungkin meski tidak membuahkan hasil. Berkali kali tito mengajak aku beristirahat karena lelah mendorong motor dengan ban yang sudah kempes total. Cuaca malam itu cerah, dengan bulan yang utu seakan menemani kita mencari tukang tambal ban, hingga akhirnya teman tito datang dan aku bisa pulang dengan aman.
Sampai dirumah, aku mulai sibuk sms odey untuk ceritakan kejadian tadi.
“bahaya………….”
“ada apasih yas? Apaan yang bahaya”
“bahaya dey, bahayaaaa!”
“iya apanya yang bahaya? Tadi kamu pulang sama tito kan? Sampai rumah dengan selamat kan? Lalu?”
“bahaya dey, aku mulai merasa nyaman dekat dengan tito, aku mulai merasakan lagi perasaan yang selama ini sudah aku kubur karna reno, aku…aku suka tito”
“hahahaha tuh kan…sudah aku duga, akhirnya kita berhasil membuat kamu kembali jatuh cinta, mulai mau melupakan reno”
“entahlah dey, bukan cuma seneng  tapi aku mulai kebingungan. Bagaimana dengan perasaan reno terhadapku? Bagaimana dengan mantan kekasihnya? Bukankah dia masih mencintai tito?”
“jangan perdulikan orang lain yas, sekarang pikirkan, bagaimana caranya kamu membuat dirimu bahagia, setelah itu baru kamu pikirkan oranglain, cinta itu memang egois”
“ah odey, aku…….yasudah terimakasih ya sarannya”
“anytime yas”
Malam itu aku tidur dengaaaan pulasnya, hingga malam terasa begitu cepat berganti dengan pagi. Dikelas orang orang sibuk dengan acara penembakan mahar kepada moli, sedangkan aku sibuk sendiri memikirkan kejadian tadi malam, sambil sesekali ku curi pandanganku ke arah tito.
“sudah waktunya kah aku memulai semuanya kembali? Semuanya yang sudah aku kubur dalam dalam, rasa sakit ini, sudah waktunya kah terbayarkan semuanya dengan satu senyuman tito? Ah aku tidak tau….”
Aku ragu pada tito, aku ragu dengan perasaan tito kepadaku, secepat itukah dia melupakan teman dekatnya karna aku? Atau tito hanya main main denganku? Aku mulai takut, takut kalau apa yang aku rasakan itu hanyalah perasaan satu sisi. Aku takut tito tidak bisa membalas apa yang aku rasakan, apakah ini artinya aku harus jatuh untuk kedua kalinya?
“yasmin….kamu mau gak jadi pacar aku?”
“kamu, kamu gak lagi ngebecandain aku kan tito?”
“jelas enggak yas, aku mau kita pacaran”
Malam itu terjawab sudah. Terjawab bahwa tito berani mengambil piilihan meninggalkan adik kelas yang sudah lama dekat dengannya itu untuk aku, tito bahkan meyakinkan aku kalau semuanya baik baik saja, hubungan pertemanan aku dengan mantannya, ataupun hubungan dia dengan reno.
Aku sudah dapat membaca kepribadian tito, dia memang cuek, tapi apa yang terjadi? Ini lebih dari yang aku bayangkan, tito benar benar bukan tipe cowok yang ramah. Bahkan dia hampir tidak bisa membedakan, mana teman lelaki dan mana pacarnya.
Aku sudah hampir menyerah dengan jangka waktu yang singkat, tito yang kasar, sama sekali tidak bisa menyeimbangiku…….dia berbeda jauh, dengan reno.
Semalaman tadi aku menangis, aku merasakan sakit itu lagi, sakit yang reno berikan kepadaku berbulan bulan lamanya itu, bodoh. Mengapa aku bisa mudah mencintai kamu ren, padahal kamu tidak, mengapa bersama tito membuat aku semakin mengingat kamu, kenapa…
Hari ini tidak ada perbincangan antara aku dan tito, meski itu memang setiap hari tapi hari ini beda, dengan mata yang sembab aku tidak ingin banyak bicara kepada tito, aku ingin membiarkan diriku tenang sendiri, meyakinkan tentang perasaan apa yang aku miliki untuk tito apabila hanya reno yang aku mau.
Malamnya tito sempat mengirimkan beberapa pesan singkat
“yas, kamu kenapa? apa aku punya salah sama kamu? Kasih aku kesempatan buat berubah yas, aku minta maaf”
Malam itu, aku sempat malas membalas sms tito, tapi aku tetap ingin tau perasaan apa yang aku miliki untuk tito, aku utarakan semuanya, sikap tito terhadapku selama ini, tito mengerti, dan dia berjanji untuk berubah.
Tito berubah, tito mengerti apa yang aku bicarakan semalam, tito menepati janjinya. Dia tidak sekasar tito yang pertama aku kenal, tidak se cuek yang aku kenal pertama. Aku mulai dapat membaca perasaan aku sendiri, aku tau sekarang, sikap tito yang membuat aku jatuh cinta kepadanya sekarang. Bukan tito yang kemarin.
Aku bahagia bersama tito, aku dapat melupakan reno dengan tito. Sampai satu pesan singkat masuk ke handphone ku.
“yas, apa kabar? Udah lama ya kita gak smsan? Eh selamat ya, udah jadian sama tito, semoga kalian langgeng ya”
Pesan yang tidak diharapkan, itu dari reno.
Reno datang lagi, dengan mudahnya dia memberi ucapan selamat padahal aku dengan susah payahnya mengucapkan kata yang sama kepada dia ketika berhasil kembali dengan perempuan itu.


Aku cinta tito.
Aku belum cinta tito.
Tito cinta aku.
Aku belum cinta tito.
Reno melupakan aku.
Aku tetap cinta reno.
Mungkin aku salah, aku membalas sms reno malam itu, sampai reno yang sedang  jenuh dengan kekasihnya selalu memberi aku pesan singkat setiap malamnya, aku balas, lalu perasaan itu ada lagi. 

                                                                             

0 komentar:

Posting Komentar